Cerita ini mengenai kisah sepasang suami istri yang mempunyai seorang
anak laki laki. Sebelum sang anak lahir, pernikahan keluarga ini sebenarnya
dapat dikatakan carut marut, dikarenakan pernikahan ini dipaksakan oleh
kehendak orangtuanya. Seiring bertambahnya waktu, tahun demi tahun,
pasangan ayah-ibu ini semakin sering bertengkar. Dan mereka seringkali
mengancam untuk saling menceraikan satu dengan yang lain.
Namun dengan terpaksa meraka memilih untuk tinggal bersama demi
sang putra satu-satunya. pertengkaran tetap berlanjut dan menjurus pada
kekerasan dan semakin brutal. Kini sang putra telah berumur 3 tahun dan
kedua orangtuanya telah makin saling membenci.
Pada suatu malam, setelah putranya tertidur, pasangan tersebut terlibat pada
pertengkaran sengit, awalnya pertengkaran ini dikarenakan sang istri tidak terima
karena telah berhubungan rumah tangga dengan suami pilihan orang tuanya.
sang suami yang tidak dapat menahan emosi ternyata tenggelam dalam kemarahan,
istrinya pun terbunuh oleh tangan suaminya.
Ketika dia sadar atas apa yang telah dilakukannya, dia memutuskan untuk
membuang mayat istrinya tersebut. Dia menyeret mayat istrinya ke garasi
dan meletakannya di bagasi mobil. Kemudian dia menuju sebuah pegunungan.
Dan dalam kegelapan malam, sang suami memanggul mayat istrinya,
membawanya menuju sebuah rawa. Kemudian dia menjatuhkan mayat tersebut
kedalam rawa yang kotor dan bau, dia menunggu sampai istrinya tersebut
tenggelam dalam lumpur kotor dan bau dalam rawa.
Menjelang munculnya fajar, sang suami bergegas pulang dan membersihkan
jejak yang ia tinggalkan atas pembunuhan istrinya semalam, dan selanjutnya dia
membersihkan dirinya sendiri dibawah pancuran kamar mandi. Namun, berapa
kalipun dia menggosok badannya, nampaknya bau busuk rawa yang melekat
pada tubuhnya tidak kunjung hilang.
Kemudian dia memutuskan untuk tidur beberapa jam. Pada saat bangun dia
mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan jika anaknya menanyakan dimana
ibunya berada. Dia memutuskan bahwa ibunya sedang berada dirumah saudara
perempuannya untuk mengurus beberapa keperluan. Namun pada saat sarapan
pagi sang anak tidak menanyakan sesatu apapun tentang ibunya, dia hanya
menatap ayahnya dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun.
Sang suami masih merasakan bau busuk dari rawa dimana dia membuang jasad
isterinya. Dia menyemprotkan pengharum ruangan berkali kali keseluruh ruangan,
berharap dapat menutupi bau busuk yang semakin lama semakin dia rasakan
bertambah kuat. Hal ini membuatnya muak.
Beberapa jam berlalu, mereka sedang menonton tv, sang ayah kini merasakan
mual karena bau busuk yang kian menyengat. Setiap dia pergi keruang tamu dia
merasakan bahwa putranya menatap dengan penuh kecurigaan. Hal ini
mengakibatkan sang ayah merasa gugup karena takut atas perbuatannya.
Pikirannya semakin tidak karuan. Jangan jangan anaknya mengetahui apa
yang terjadi sebenarnya. Jika anaknya mengetahui bahwa dia telah membunuh
istrinya maka sang suami memutuskan untuk membunuh putranya juga!!
Sang suami berjalan menuju ruang tamu dimana sang anak tengah asyik
menonton tv. Dan sang suami pun memberanikan diri untuk membuka percakapan.
“apakah ada yang ingin kamu tanyakan?” katanya
Sang anak terdiam beberap saat, dan menjawab “Ya…”
“apakah mengenai ibumu?” tanyanya lagi
“ya..” jawab sang anak
“ayah rasa kamu ingin tahu dimana ibu kamu sekarang?” Tanya sang ayah lagi….
Sang anak agak lama terdiam…. Dan kemudian menjawab….
“Tidak” kata sang anak…
“aku hanya heran kenapa muka ibu begitu pucatnya….
Dan lagi kenapa juga ayah harus menggendong ibu kesana kemari seharian?”